
13 Okt 2011
NAFS
Secara lateral atau harfiah,nafs berarti”esensi”, dan “esensi sesuatu” disebut “jiwa” sesuatu atau “realitas” (haqiqah )-nya. Dalam terminologi Aristotelian, kata itu berarti “jiwa”, entah jiwa itu bersifat materiel, misalnya saja jiwa nabati dan jiwa hewani, atau bersifat abstrak, misalnya saja jiwa bendea-benda samawi dan jiwa rasional manusia. Dalam terminologi etika, nafs berarti khayalan dan angan-angan palsu dari ego manusia yang terpisah dan independen. Kata ini juga berarti jiwa jasmani atau hawa nafsu–tempat nafsu, berbagai hasrat dan keinginan. Kaum Sufi memahaminya dalam artian terakhir ini.

Nafs, yang dipandang mampu melakukan penyucian, adalah nafs yang memiliki sifat-sifat hewani dan bernama an-nafs al-ammarah atau jiwa yang selalu menyuruh pada kejahatan. Nafs ini biasanya mempunyai kecenderungan pada kejahatan serta menyuruh kita berbuat jahat. Alquran mengatakan :
…..sungguh, jiwa ( manusia ) menyuruh pada kejahatan,…..
Apabila jiwa ini disucikan dan sudah mulai menjauhi kejahatan, maka ia mulai mencela ( dan dengan demikian memperbaiki ) dirinya sendiri, Kemudian ia disebut an–nafs al-lawwamah atau jiwa yang mencela.
Dan Aku bersumpah demi jiwa yang mencela dirinya sendiri.
Manakala jiwa ini benar-benar sudah disucikan dan mencapai kebahagiaan atau cinta Allah, maka ia pun mengembangkan fakultas atau kemampuannya untuk berbuat baik dan benar, dan bukan lagi menjadi sumber kejahatan. Ia sudah memperoleh sifat-sifat malakutinya, serta melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah :
Yang tidak pernah menolak ( dari melakukan ) perintah-perintah yang mereka terima dari Allah, tetapi mereka mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Nafs ini kemudian menjadi sumber yang darinya mengalir semua amal kebaikan dan pikiran-pikiran baik. Demikianlah Khwaja Baha’uddin Naqsyaband mengatakan :
Kini aku memiliki diri sedemikian sehingga jika aku tidak mematuhi perintah-perintahnya, maka yang demikian itu berarti bahwa aku tidak memtuhi Allah.
Disini Khwaja menyinggung-nyinggung jiwa tersebut diatas. Jiwa itu disebut an-nafs al-muthma’innah atau jiwa yang tenang, yang disebut-sebut dalam Alquran demikian :
Wahai jiwa yang tenang ! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai oleh-Nya.
Di Terbitkan oleh Agent Of Gold → 20.15
Kategory → NAFS » ARTIKEL ISLAM » "Benkel Akhlak"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar