22 Nov 2011
Makna Shalat Dalam Kehidupan, Tak Sekedar Ritual Ibadah
Makna Shalat
Dalam Kehidupan, Tak Sekedar Ritual Ibadah
Latar belakang
disyariatkannya shalat di satu sisi sebagai pembuktian ketundukan dan
penghambaan diri terhadap Allah dan di sisi lain sebagai bentuk syukur terhadap
nikmat dari Yang Maha Besar. Diantaranya adalah, ni’mat penciptaan makhluk.
Allah telah menjadikan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, hingga tak
seorang pun berharap diciptakan dengan selain bentuk ini. Allah Berfirman, yang
artinya:“Sungguh kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik.”
Begitu pula
nikmat sehat, karena dengan kesehatan anggota badan, seseorang mampu berbuat
banyak kebajikan. Termasuk di dalammya nikmat pemberian sendi-sendi yang
elastis dalam anatomi tubuh yang sempurna sehingga dapat difungsikan dalam
kondisi apapun. Allah kemudian memerintahkan kita untuk menggunakan
nikmat-nikmat itu dalam kepatuhan. Dalam shalat, kita padukan anggota badan,
lisan, hati serta jiwa untuk berlutut dan memuja kepada-Nya agar semua anggota
dapat mensyukuri nikmat yang ada.
Disamping itu, shalat
akan memberikan manfaat atau hikmah yang akan dirasakan para ahli shalat baik
di dunia dan di akhirat kelak, apabila melaksanakannya dengan sempurna,
memenuhi syarat rukun, khusyuk dan ikhlas karena Allah SWT.
Pengertian
Shalat
Arti shalat
menurut bahasa ‘Arab adalah doa. Menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah
dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan
untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan
shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat,
rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti
khusu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
Kalau kita
perhatikan perintah shalat dalam Al-Quran, ditemukan bahwa perintah itu selalu
dimulai dengan kata ‘aqimu’ (kecuali 2 ayat, atau bahkan hanya 1 ayat). Kata
‘aqimu’ biasa diterjemahkan dengan ‘mendirikan’, meskipun sebenarnya terjemahan
tersebut tidak tepat. Karena, seperti kata mufasir Al Qurthuby dalam tafsirnya,
‘aqimu’ bukan terambil dari kata ‘qama’ yang berarti ‘berdiri’, tetapi kata itu
berarti ‘bersinambung dan sempurna’. Sehingga perintah tersebut berarti
‘melaksanakannya dengan baik, khusyuk dan bersinambung sesuai dengan syarat
rukun dan sunnahnya.
Kalau demikian,
banyak yang shalat, tapi tidak melaksanakannya. Banyak orang yang shalat dengan
sempurna rukun, syarat dan sunnahnya namun tidak sedikit yang tidak menghayati
arti dan tujuan shalatnya.
Pencerminan
Shalat
Itulah mungkin
sebabnya banyak masalah di tubuh umat Islam pada sekarang ini. Bisa jadi
permasalahan awal dan utama adalah karena shalatnya yang belum sempurna, belum
memenuhi syarat rukun, khusu’ dan ikhlas, sehingga shalat yang dilaksanakan
selama ini belum memberikan dampak positif yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Allah berfirman dalam al quran surat Al A'raf {7}:59
Maka datanglah
sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
Ibadah shalat
memiliki kedudukan yang utama dalam keseluruhan ibadah kepada Allah. Dari
beberapa hadits Rasul yang menjelaskan kedudukan shalat dapat disimpulkan :
1. Shalat
merupakan “mi’rajul mukminin” (mikrajnya orang-orang beriman)
2. Shalat
sebagai tiangnya agama, barangsiapa menegakkan shalat berarti telah menegakkan
agama, dan barangsiapa meninggalkan shalat berarti merusak agama
3. Shalat
sebagai amal ibadah yang membedakan antara umat Islam dan orang kafir (al farqu
baina ‘abdi walkufri)
4. Shalat
merupakan ibadah yang pertama dihisab (diperhitungkan) di yaumil qiyamah (hari
kiamat).
Apabila orang
Islam telah menegakkan shalat secara sempurna (syarat-rukunnya), khusyu, dan
ikhlas dalam pengamalannya, maka shalat tersebut akan memberikan dampak yang
positif terhadap suasana bathin, kejiwaan, atau psikologisnya yang tentram.
Kondisi ini amat mendukung bagi terbentuknya kepribadian (personality) yang
utuh, sehat, produktif, atau efektif. Kepribadian yang efektif itu mempunyai
ciri-ciri :
1. Komitmen
terhadap nilai-nilai agama
2. Konsisten
atau istiqomah dalam kebenaran
3. Kontrol diri
(self-control) dari dorongan hawa nafsu
4. Kreatif,
banyak idea atau gagasan dalam menebarkan kebenaran atau kebaikan
5. Kompeten
dalam mengamalkan ajaran agama
Permasalahannya
adalah, apakah kita dan masyarakat bangsa ini telah mewarnai kehidupan
sekitarnya sebagai bentuk "efek samping" dari shalat ?
Lalu mengapa
bangsa ini masih dilanda kemiskinan moral dan meteriil ?
Wallahu a'lam
bish shawab.
Di Terbitkan oleh Agent Of Gold → 12.10
Kategory → Makna Shalat Dalam Kehidupan, Tak Sekedar Ritual Ibadah » ARTIKEL ISLAM » "Benkel Akhlak"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar