![]() |
Bening Hati |
23 Nov 2011
Menggapai Kebeningan Hati
Menggapai
Kebeningan Hati
Keberuntungan
memiliki hati yang bersih, sepatutnya membuat diri kita berpikir keras setiap
hari menjadikan kebeningan hati ini menjadi aset utama untuk menggapai kesuksesan
dunia dan akhirat kita. Subhanallaah, betapa kemudahan dan keindahan hidup akan
senantiasa meliputi diri orang yang berhati bening ini. Karena itu mulai detik
ini bulatkanlah tekad untuk bisa menggapainya, susun pula program nyata untuk
mencapainya. Diantara program yang bisa kita lakukan untuk menggapai hidup
indah dan prestatif dengan bening hati adalah :
1. Ilmu
Carilah terus
ilmu tentang hati, keutamaan kebeningan hati, kerugian kebusukan hati,
bagaimana perilaku dan tabiat hati, serta bagaimana untuk mensucikannya.
Diantara ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah dengan cara mendatangi majelis
taklim, membeli buku-buku yang mengkaji tentang kebeningan hati, mendengarkan
ceramah-ceramah berkaitan dengan ilmu hati, baik dari kaset maupun langsung
dari nara sumbernya. Dan juga dengan cara berguru langsung kepada orang yang
sudah memahami ilmu hati ini dengan benar dan ia mempraktekannya dalam
kehidupan sehari-harinya. Harap dimaklumi, ilmu hati yang disampaikan oleh
orang yang sudah menjalaninya akan memiliki kekuatan ruhiah besar dalam
mempengaruhi orang yang menuntut ilmu kepadanya. Oleh karenanya, carilah ulama
yang dengan gigih mengamalkan ilmu hati ini.
2. Riyadhah atau
Melatih Diri
Seperti kata
pepatah, “alah bisa karena biasa”. Seseorang mampu melakukan sesuatu dengan
optimal salah satunya karena terlatih atau terbiasa melakukannya. Begitu pula
upaya dalam membersihkan hati ini, ternyata akan mampu dilakukan dengan optimal
jikalau kita terus-menerus melakukan riyadhah (latihan). Adapun bentuk latihan
diri yang dapat kita lakukan untuk menggapai bening hati ini adalah
Menilai
kekurangan atau keburukan diri.
Patut diketahui
bahwa bagaimana mungkin kita akan mengubah diri kalau kita tidak tahu apa-apa
yang harus kita ubah, bagaimana mungkin kita memperbaiki diri kalau kita tidak
tahu apa yang harus diperbaiki. Maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah
dengan bersungguh-sungguh untuk belajar jujur mengenal diri sendiri, dengan
cara
Memiliki waktu
khusus untuk tafakur.
Setiap ba’da
shalat kita harus mulai berpikir; saya ini sombong atau tidak? Apakah saya ini
riya atau tidak? Apakah saya ini orangnya takabur atau tidak ?
Apakah saya ini
pendengki atau bukan? Belajarlah sekuat tenaga untuk mengetahui diri ini
sebenarnya. Kalau perlu buat catatan khusus tentang kekurangan-kekurangan diri
kita, (tentu saja tidak perlu kita beberkan pada orang lain). Ketahuilah bahwa
kejujuran pada diri ini merupakan modal yang teramat penting sebagai langkah
awal kita untuk memperbaiki diri kita ini
Memiliki partner.
Kawan sejati
yang memiliki komitmen untuk saling mengkoreksi semata-mata untuk kebaikan
bersama yang memiliki komitmen untuk saling mewangikan, mengharumkan,
memajukan, dan diantaranya menjadi cermin bagi satu yang lainnya. Tidak ada
yang ditutup-tutupi. Tentu saja dengan niat dan cara yang benar, jangan sampai
malah saling membeberkan aib yang akhirnya terjerumus pada fitnah. Partner ini
bisa istri, suami, adik, kakak, atau kawan-kawan lain yang memiliki tekad yang
sama untuk mensucikan diri. Buatlah prosedur yang baik, jadwal berkala,
sehingga selain mendapatkan masukan yang berharga tentang diri ini dari partner
kita, kita juga bisa menikmati proses ini secara wajar.
Manfaatkan orang
yang tidak menyukai kita.
Mengapa ? Tiada
lain karena orang yang membenci kita ternyata memiliki kesungguhan yang lebih
dibanding orang yang lain dalam menilai, memperhatikan, mengamati, khususnya
dalam hal kekurangan diri. Hadapi mereka dengan kepala dingin, tenang, tanpa
sikap yang berlebihan. Anggaplah mereka sebagai aset karunia Allah yang perlu
kita optimalkan keberadannya. Karenanya, jadikan apapun yang mereka katakan,
apapun yang mereka lakukan, menjadi bahan perenungan, bahan untuk ditafakuri,
bahan untuk dimaafkan, dan bahan untuk berlapang hati dengan membalasnya justru
oleh aneka kebaikan. Sungguh tidak pernah rugi orang lain berbuat jelek kepada
diri kita. Kerugian adalah ketika kita berbuat kejelekkan kepada orang lan.
Tafakuri
kejadian yang ada di sekitar kita.
Kejadian di
negara, tingkah polah para pengelola negara, akhlak pipmpinan negara, atau
tokoh apapun dan siapa pun di negeri ini. Begitu banyak yang dapat kita
pelajari dan tafakuri dari mereka, baik dalam hal kebaikan ataupun
kejelekkan/kesalahan (tentu untuk kita hindari kejelekkan/kesalahan serupa).
Selain itu, dari orang-orang yang ada di sekitar kita, seperti teman, tetangga,
atau tamu, yang mereka itu merupakan bahan untuk ditafakuri. Mana yang
menyentuh hati, kita menaruh rasa hormat, kagum, kepada mereka. Mana yang akan
melukai hati, mendera perasaan, mencabik qalbu, karena itu juga bisa jadi bahan
contoh, bahan perhatian, lalu tanyalah pada diri kita, mirip yang mana ? Tidak
usah kita mencemooh orang lain, tapi tafakuri perilaku orang lain tersebut dan
cocokkan dengan keadaan kita. Ubahlah sesuatu yang dianggap melukai, seperti
yang kita rasakan, kepada sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang dianggap
mengagumkan, kepada perilaku kita spereti yang kita kagumi tersebut.
Mudah-mudahan dengan riyadhah tahap awal ini kita mulai mengenal, siapa
sebenarnya diri kita ?!!
Di Terbitkan oleh Agent Of Gold → 13.37
Kategory → Menggapai Kebeningan Hati » RENUNGAN » "Benkel Akhlak"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar