26 Okt 2013
Surat Dari Ibu
"SURAT DARI IBU"
Anakku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata
bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki
yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya
setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.
Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia.
Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus
perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas
aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak
mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian
kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air
mata kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah
istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu.
Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk
membuatkan sesuatu.
Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat,
Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu.
Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas
kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku
yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak berjumpa,
meski
melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan
sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit
saja untuk melihat anakku.
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk,
gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah
kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.
Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan
berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada
dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu? Apakah engkau sudah
kehabisan rasa kasihmu pada Ibu? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan
dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu? Baiklah, anggap Ibu sebagai
pembantu, mana upah Ibu selama ini?
Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu
memelas dan
luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung
kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan
kondisi ini kepada Tuhan yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan
kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan.
Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu
tidak akan sampai hati melakukannya,
Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga
kehidupan dan cahaya diriku…
Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan
balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan
menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu
alami. Di sisi Tuhan, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang
menggugat.
Anakku..
Takutlah engkau kepada Tuhan karena kedurhakaanmu kepada
Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu
jika engkau ingin merobek-robek surat ini.
Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat
persalinan yang
sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau
mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui.
Ingatlah belaian sayang dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah
..Ingatlah.
Salam sayang selalu
Ibumu.........
Di Terbitkan oleh Agent Of Gold → 07.52
Kategory → Surat Dari Ibu » RENUNGAN » "Benkel Akhlak"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar