23 Okt 2013
~::*ISTRIKU MUTIARAKU, SUAMIKU ADALAH SYURGAKU*::~
~::*ISTRIKU MUTIARAKU, SUAMIKU ADALAH SYURGAKU*::~
~*Sahabat untuk sahabat*~
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Mutiara 1
Hushain bin Muhshan menuturkan bahwa bibinya pernah datang
kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk suatu keperluan. Setelah
selesai dari keperluannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya
kepadanya "Apakah engkau bersuami?" Ia menjawab "Ya",
"Bagaimana engkau bersuami ? Ia menjawab "Aku berusaha sekuat tenaga
untuk melayaninya dan mentaatinya, kecuali dalam hal-hal yang aku tidak
sanggup. "Beliau berkomentar," "Perhatikan baik-baik sikapmu
kepadanya karena sesungguhnya ia adalah Syurga dan Nerakamu." (HR. Hakim)
Mutiara 2
Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu
dan berpuasa di bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya dan menjaga
kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya, masuklah kamu ke dalam syurga
dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. (HR. Ahmad)
Mutiara 3
Ada tiga golongan yang shalatnya tidak diterima dan
kebaikannya tidak diangkat ke langit: Pertama, hamba sahaya yang kabur dari
majikannya sampai ia kembali dan meminta maaf kepada majikannya. Kedua, seorang
istri yang dimurkai suaminya sampai suaminya meridhainya dan ketiga seorang
pemabuk sampai ia sadar. (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban).
Mutiara memang indah, mahal dan tidak semua wanita mampu
memilikinya. Begitu pula dengan mutiara ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di atas, tidak semua wanita memahami, menghayati, apalagi
mengaplikasikannya dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Arus globalisasi sekarang ini telah menyerbu kaum muslimin
dalam dan membentuk paradigma mereka segala hal, termasuk gaya hidup dalam
berumah tangga. Saat ini untuk menjadi istri yang setia dan konsisten untuk
mengaplikasikan mutiara ajaran Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata
tidak popular. Sehingga sebagian wanita beranggapan, sudah bukan zamannya lagi
memperlakukan suami sebagai junjungan yang harus ditaati, atau istri harus
senantiasa meminta izin terlebih dahulu kepada suami untuk melakukan apa yang
mau dilakukannya.
Di sisi lain, bukan hal aneh jika sekarang ini kita banyak
mendengar rumah tangga muslim mengalami guncangan, keretakan bahkan perceraian.
Tentu saja semua orang tidak menginginkan semua ini terjadi pada rumah tangga
mereka. Terdapat sejumlah cara untuk mencegahnya yaitu suami istri harus
melakukan evaluasi perjalanan rumah tangganya secara berkala, terutama evaluasi
tentang orientasi menikah dan membangun rumah tangga. Misalnya, apa
sesungguhnya tujuan saya menikah? Apa yang saya harapkan dari pernikahan ini?
Model rumah tangga apa yang akan saya bangun? Dan jawaban atas pertanyaan
tersebut dapat dijadikan renungan dan penguat dalam menghadapi gelombang dalam
rumah tangga. Kemudian setelah itu berusaha memantapkan hati untuk menjalankan
rumah tangga dengan mengedepankan ridha dan qona'ah (menerima dan puas dengan
pemberian Allah Subahana Wa Ta'ala).
Sebagai seorang muslimah sudah sepatutnya kita ridha atas
ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala, dan perlu disadari bahwa ridha atas
kepemimpinan suami dalam rumah tangga itu, konsekuensinya adalah taat. Artinya
ketaatan seorang istri pada suaminya, pada hakikatnya merupakan satu bentuk
ketaatannya kepada ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dalam konteks ketaatan
ini tentunya suami berada di jalan yang benar. Untuk melaksanakannya tidak
semudah yang dibayangkan, karena ketaatan istri pada suami tidak bisa
disesuaikan dengan keinginan kita, misalnya, 'Saya akan taat pada abang dalam
hal-hal yang sesuai dengan keinginan saya, tapi kalau tidak, kita masing-masing
saja ya bang?'
Mungkin tidak akan menjadi masalah jika keinginan atau
perintah suami selaras dengan keinginan kita, tapi kalau tidak diperlukan kelapangan
dada, keikhlasan dan pengorbanan untuk dapat mentaati dan melaksanakan
perintahnya. Harus kita sadari bahwa kita suami istri mempunyai latar belakang
yang berbeda, jadi tidak semuanya harus serba cocok dan klop, ketika memasuki
gerbang pernikahan. Oleh karena itu di sinilah pentingnya untuk saling mengenal
antara suami dan istri.
Ganjaran ketaatan seorang istri pada suaminya disetarakan
dengan ganjaran jihadnya kaum laki-laki, sebagaimana disebutkan dalam hadist
Asma bin Yazid yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. Sekalipun demikian Islam
menganjurkan para suami untuk melazimkan musyawarah pada istrinya dalam
berbagai persoalan. (QS Al-Baqarah: 233), memperlakukan istri dengan baik
sebagai indikator utama akhlak seorang laki-laki. Begitulah Islam tidak
menjadikan ketaatan seorang istri sebagai peluang bagi suami untuk menjadi
diktator dalam rumah tangganya. Jadi tunggu apalagi, mari taati suami kita dan
miliki mutiara-mutiara yang nyaris hilang itu.
Sifat-sifat Istri Shaleh
1]. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan
mencari maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟
اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى
إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى
تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ
زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا
حَتَّى تَرْضَى
“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian
yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak,
selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi
suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak
dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257 ).
2]. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti
menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3]. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang
berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya.
Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah
berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki
dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya:
“Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan
istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang
mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam
tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai
Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian
pula mereka (para suami).”
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ
لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا
وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ
“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu
seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian
digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad).
4]. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan
suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ،
اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا
سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ
وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri
ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas
syarat Muslim.”)
5]. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/
safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat
menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa,
terkecuali bila suaminya mengizinkan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ
تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara
suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari
no. 5195 dan Muslim no. 1026)
6]. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak
melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda:
“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati
kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada
beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri
suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang
dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh,
kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia
berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR.
Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah
bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ
لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي
عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak
bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam
Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)
7]. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi
hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat
tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam:
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ
يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى
عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي
فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah
seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak
(enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha
padanya.” (HR. Muslim no.1436)
إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً
فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ
“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan
tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke
suaminya).”
(HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436).
~::*Laksana Bidadari dalam Hati Suami (Penuh Cinta
Kasih)*::~
•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
السلام
عليكم ورحمة الله و
بركاته
Penuh Cinta dan Kasih
Allah Ta’ala berfirman,
فَجَعَلْنَاهُنَّ
أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)
“Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta
lagi sebaya umurnya.” (Qs. Al-Waqi’ah: 36-37)
Ibnul A’rabi berkata, “Al-’Urubu min An-Nisaa’i” ( العرب من النساء)
maksudnya wanita yang patuh kepada suaminya dan memperlihatkan cintanya
kepadanya.”
Tentang penafsiran ‘urub (عرب
) para ahli tafsir menyebutkan bahwa wanita-wanita tersebut sangat mencintai
suaminya, sayang dan manja kepada suami, membuat suami cinta kepadanya, membuat
nafsu syahwat suaminya bergelora kepadanya dan membuat suami berdandan
karenanya.
Bukhari dalam Shahihnya berkata, ” ‘Uruban (عربا ) adalah wanita yang amat
cinta pada suaminya.”
Seorang wanita shalihah cerminan dari pribadi yang penuh
kasih dan cinta pada suaminya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk
mencintai pria lain…sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
“Istri-istri kalian akan menjadi penghuni surga yang sangat
mencintai, yang jika dia disakiti dan menyakiti maka dia segera datang kepada
suaminya, dia letakkan tangannya di atas telapak tangan suaminya, seraya
berucap, “Saya tidak dapat tidur sampai engkau meridhaiku.” (HR. Thabrani)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
menganjurkan kepada laki-laki yang akan menikah untuk mencari wanita yang
penyayang dan berbelas kasih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Nikahilah wanita yang penyayang dan berpotensi beranak
banyak, karena aku akan membanggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain
di hari kiamat” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Di antara bentuk cinta dan kasih kepada suami adalah
bertutur kata dengan manis, lembut dan mesra, karena manisnya tutur kata wanita
dapat memikat dan mempesonakan hati lelaki. Apa engkau tidak ingin kata-katamu
laksana tetesan air yang begitu menyejukkan di tengah gurun pasir nan tandus
lagi gersang bagi suamimu? Saudariku…sesungguhnya lelaki membutuhkan ketenangan
dan ketentraman di dalam jiwanya. Dia membutuhkan terpal yang dapat membuatnya
teduh…ke manakah lagi kiranya dia akan mencari keteduhan hati jika tidak pada
dirimu?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anggota tubuh
manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau
berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong
seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau
mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap
langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan
gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Renungkan…perkataan yang baik adalah sedekah, siapakah yang
lebih pantas untuk mendapatkan kebaikan kata-katamu yang memikat jika bukan
suami yang mendampingi hidupmu?!
Mari kita lihat di antara sifat bidadari yang paling baik
adalah gaya bahasa yang memikat saat ia mendekati suaminya, ia menyayangi
sebagaimana ibu yang menyayangi anaknya, ia menggoda suaminya dengan parasnya
yang cantik jelita.
Bersuara Merdu
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” Sesungguhnya istri-istri penghuni surga bernyanyi untuk
suami-suami mereka dengan suara yang paling bagus yang tidak pernah didengar
oleh seorangpun. Di antara lagu yang mereka nyanyikan ialah ‘Kami adalah
bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik, istri-istri kaum yang
mulia.’ Mereka memandang dengan kegembiraan. Di antara nyanyian mereka lagi
ialah ‘Kami kekal tidak akan pernah mati, kami setia tidak akan pernah
berkhianat, dan kami bermukim tidak kan pernah bepergian.” (Shahih Al Jami’
Ash-Shaghir)
Sebagaimana manusia tertarik dengan suara yang indah, Allah
dengan kekuasaanNya menjadikan suara yang indah dan menggembirakan sebagai
salah satu kesenangan surga yang tidak akan sirna dan tak ada habis-habisnya.
Ketika kita melihat pada realita yang ada, tiap manusia
dianugrahi warna suara yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, ada
yang terlahir dengan suaranya yang syahdu, ada pula yang kurang syahdu. Akan
tetapi, pelajaran yang bisa kita petik dari sini yakni, hendaknya kita berusaha
memperelok nada bicara kita di depan suami kita. Meskipun suara kita hanya
bermodal pas-pasan saja.
Saudariku…Mulailah dari sekarang, karena belum terlambat untuk
menjadi laksana bidadari dalam hidup suami. Dengan melihat karakteristik sang
bidadari, seharusnya hal tersebut menjadi cermin akhlak bagi setiap wanita
dunia. Bidadari adalah makhluk yang tercipta mirip dengan bangsamu, duhai
wanita…
Maka dari itu, berusahalah agar engkau bisa meneladani
kecantikan akhlaknya, berlombalah, dan bersegeralah dalam ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
“Wahai orang yang memanggil dan mencari bidadari, agar dapat
bercumbu dengannya di taman-taman surgawi
Andaikan kau tahu siapa yang kau seru, tentu kau tak kan
diam saja membisu
Andaikan kau tahu di mana dia berada, kau kan berusaha
sekuat tenaga
Segeralah dan tapaki jalan menuju ke sana, karena jalan yang
kau tempuh tak lama lagi kan tiba
Bercintalah dan berbicaralah dalam kalbu, persiapkan
maskawin selagi kau mampu untuk itu
Jadikan puasamu sebagai bekal untuk pertemuan, malam pertama
adalah malam yang fitri setelah Ramadhan
Harapkan keindahan dan kecantikannya yang memikat,
hampirilah sang kekasih dan jangan kau terlambat!”
Wahai lelaki dunia…
Cintailah istri shalihah yang tiada sempurna
Dengan cinta yang nyaris sempurna*
Menikahinya akan menghantarkanmu bersanding dengan bidadari
di surgaNya yang sempurna
Di Terbitkan oleh Agent Of Gold → 18.11
Kategory → ~::*ISTRIKU MUTIARAKU, SUAMIKU ADALAH SYURGAKU*::~ » ARTIKEL ISLAM » "Benkel Akhlak"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar